"Pasar Gede Solo merupakan simbol ekonomi Kota Bengawan" |
(SURAKARTA)—Wali KotaSurakarta periode 2015-2020 memiliki pekerjaan rumah (PR) yang berat, yakni
pengembangan kawasan Solo (Surakarta) utara. Pengembangan kawasan Banjarsari
dan Jebres itu dianggap belum optimal selama dua periode kepemimpinan Wali Kota
Solo Joko Widodo (Jokowi) dan F.X.
Hadi Rudyatmo, yakni periode 2005-2010 dan periode 2010-2015.
PR kepala daerah tersebut muncul dalam rapat Badan Anggaran
(Banggar) di DPRD Kota Surakarta, Kamis 9 April 2015. Rapat itu membahas Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban (LKPj) Akhir Masa Jabatan (AMJ) Wali Kota Solo
2010-2015 bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Pemerintah Kota
(Pemkot) Surakarta..
Salah satu anggota Banggar, Supriyanto, menilai pengembangan
kawasan Solo utara tidak optimal terutama di sektor ekonomi dan infrastruktur.
Upaya engembangan kawasan Solo utara, kata Supriyanto, masuk prioritas dalam
rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2010-2015.
“Saya lihat aspek ekonomi di Solo utara tak tampak.
Infrastruktur juga baru saja dibangun, seperti Jembatan Banyuanyar, Jembatan
Sungai Gajah Putih, dan Jembatan Komplang. Infrastruktur itu belum jadi daya
tarik para investor,” tutur Supriyanto.
Anggota Banggar dari Solo Utara, M. Edy Jasmanto, menyoal kinerja
riil Pemkot di kawasan Solo utara. Dia melihat akses jalan ke RSUD Ngipang tidak
memenuhi syarat karena kurang lebar. Kalau Pemkot serius, Edy memprediksi
pelebaran akses jalan ke RSUD Ngipang bisa terlaksana. “Kalau fasilitas yang
ada di Solo utara memadai, para investor pasti datang sendiri,” imbuh Edy.(ok)
0 komentar:
Posting Komentar